Thursday, May 31, 2007

Pada Suatu Hari

Sengaja tulisan ini kuberi judul "Pada Suatu Hari". Karena pada suatu hari yang telah mengingatkan aku tentang arti rasa berterimakasih. Suatu pengalaman yang sangat sederhana
tetapi tak mungkin aku melupakannya seumur hidupku.

Menjelang siang, setelah aku memasukkan beberapa surat lamaran kerja, aku bertolak menuju rumah seorang kawan dekatku semasa kuliah. Aku rindu padanya. Maklumlah sudah beberapa bulan kami tidak berjumpa.

Sesampainya di sana, aku disambut dengan hangat. Mulailah temanku itu mengeluarkan berbagai macam kue dan segelas es sirup yang segar. Ia tampak begitu gembira dengan kedatanganku. Tetapi yang tidak kusangka sedikit pun ibunya menghampiri dan mengucapkan terima kasih padaku atas bantuan yang pernah kulakukan. Beliau mengatakan bahwa aku sampai repot mengusulkan untuk mencari taksi supaya temanku yang sakit itu bisa segera pulang.

Mendengar penuturan yang amat tulus itu, aku merasa sangat malu. Bagaimana tidak? Padahal aku hanya mengusulkan pada teman-teman untuk mencari taksi. Sedangkan saat itu aku hanya menemani kawanku itu. Teman-teman lainlah yang mencarikan taksi.

Ya, aku malu pada diriku sendiri. Yang tidak jarang membuang waktu untuk berpikir hanya untuk mengucapkan terima kasih. Sejak saat itu aku bertekad tidak kelu lagi lidah ini berucap, "Terima kasih."

Elegi Cinta Sang Mentari

Bila tiba saatnya
sang Rembulan kembali mendamba

Wahai sang Mentari
kuingin lagi teman sejati

Mentari terdiam
menatap Rembulan remuk redam

Mengapa kau lakukan ini
bukankah aku setia menerangi

Rembulan meratap
sinarnya redup penuh harap

Mentari pun tersadar
cahyanya tlah memudar

Sekian lama kita bersama
mengapa ingin kau lupa

Tetapi Rembulan tak mau mengerti
walau cahyanya dari Mentari

Meski ia tlah purnama
atas sinar Mentari setia

Rembulan tlah jatuh cinta
kala menatap Dewi Surya

Kendati dia tlah purnama
sebab kasih Mentari setia