Thursday, August 30, 2007

Aku dan Mereka yang Tersayang ( I )

Almarhum Ibu adalah api bagiku, sedangkan aku adalah sebatang kayu kering. Setiap kali sang api menyalakan kobarnya, maka sang kayu pun terbakar. Itulah ibuku. Sosok yang selalu mampu membakar semangat dalam diriku.
Ibu tak pernah berhenti memacu semangatku dalam meraih asa. Setiap kali aku merasa tidak akan mungkin mencapai keberhasilan, beliau selalu hadir menyemburkan api nasihat yang kembali membakar semangatku.
Almarhum Bapak laksana pohon rindang, sedangkan aku adalah tumbuhan mungil yang bernaung di bawah rimbun daunnya. Berbekal senyumnya yang tenang, beliau mampu menghapus lara hatiku.
Setiap aku sedih atau kecewa, cerita saat aku baru saja hadir di dunia menjadi hidangan utama Bapak untukku. Cerita yang sangat kugemari sehingga aku pun dapat melupakan duka dengan senyum gembira.

Thursday, August 23, 2007

Puisi Doa Bertajuk Cinta

Bapak, tatap matamu
seteduh awan di angkasa biru

Bapak, tepukan hangat di pundak ini
hentikan tangis yang tak mau henti

Bapak, jalan yang tlah kita lalui
terkenang slalu di hati ini

Setiap mengenang tentangmu
sederet puisi tertuang dalam kalbuku

Saat mengingat dirimu
hadirlah syair indah di setiap anganku

Bila kumerindukanmu
kan kukirim kisah ke negeri mimpiku

Bapak, setiap saat kuberdoa
kelak kita kan berjumpa

Bapak, setiap waktu kupanjatkan doa
semoga kita dapat bersua

Kan kurangkai doa selalu
di kebun surga kita bertemu

Seuntai Kenangan, Sebaris Doa

Mengenang kasihmu, Ibu,
bagai arungi samudra cinta tiada bertepi
laksana sinar mentari sepanjang waktu
timbulkan asa yang sempat pergi



Mengingat senyummu, Ibu,
bagai hawa sejuk dini hari
laksana taman indah dalam jiwaku
kan kusiram slalu di hati ini



Segala tentangmu, Ibu
bagai sekuntum mawar penuh diri
semerbak harum kesuma bungaku
terpatri indah di sudut ruang sanubari



Sebaris doa untukmu, Ibu,
bidadari mulia di kalbu diri
hanya satu harap dariku
bertemu kita di taman surgawi